Gempa dahsyat menggoncang Sumatera-Barat. Dalam sekejap korban banyak yang berjatuhan, ribuan rumah hancur dan mengalami rusak berat, sanak keluarga terpisah, semua yang telah dikumpulkan sekian tahun dalam hitungan detik tidak lagi tersisa, dan orang-orang yang dicintai tewas dalam seketika. Betapa malapetaka ini telah meluluhlantakkan semua yang ada dalam hitungan detik.
Sungguh dunia ini hanya sesaat, tak ada yang kekal padanya, dan kematian datang begitu cepat, lebih cepat dari dugaan manusia.
Namun, seberapa banyakkah kita menyadari akan hal ini? Seberapa banyakkah kita mau me-muhasabahi diri atas musibah yang terjadi? Masihkah kita hanyut dalam kesenangan yang tak bertepi, dalam kubangan hawa nafsu dan bisikan setan, dalam lingkaran dosa dan maksiat?
Tidakkah kita menyadari akan datangnya hari kiamat, hari yang begitu dahsyat, yang Allah Swt sendri telah menggambarkan dalam banyak ayat di al-Aqur`an sebagai hari yang sangat menakutkan.
Dan kini, semua telah musnah, jika kecintaan pada dunia begitu terhujam kuat dalam hati, orang-orang tersebut akan stress dan mengalami trauma berat tatkala menghadapi berbagai musibah yang menimpa mereka.
Apa yang lagi bisa dibanggakan, rumah mewah yang telah dibangun sekian tahun, kini telah roboh, anak-anak yang menawan hati, telah mati dihimpit reruntuhan, suami dan istri yang selama ini menjadi tempat bergantung dan mengadu, kini telah pergi untuk selamanya, sanak saudara, karib kerabat, dan semuanya tak lagi ada, semua sudah musnah. Begitulah hakekat dunia, tidak ada yang kekal padanya.
Karenanya, orang-orang yang lebih cinta pada dunia ini daripada akhirat, alangkah sedih dan dalamnya duka itu melanda jiwa mereka, adapun orang-orang yang lebih besar kecintaan mereka pada akhirat dan kecintaan pada Allah Swt, mereka akan tetap tegar, iman mereka akan semakin kokoh dan semua itu tidak mengurangi keyakinan mereka pada Allah Swt.
Bila kita bandingkan, tentu gempa yang mengguncang Sumatera Barat dan sekitarnya belumlah seberapa jika dibandingkan dengan kedahsyatan hari kiamat.
Allah Swt berfirman, "Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya). Dan manusia bertanya, "Apa yang terjadi pada bumi ini?". Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya. Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) padanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya. Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. (QS Az-Zilzal [99]: 1-8)
Allah Swt juga menyebutkan gambaran kondisi hebat yang dihadapi manusia tatkala hari kiamat datang, diantaranya dalam surat al-Qari`ah yang berbunyi :
"Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apa hari kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Maka adapun orang yang berat timbangan kebaikannya. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan kebaikannya. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka hawiyah itu? Yaitu api yang sangat panas." (QS Al-Qari`ah[101] : 1- 11)
Dan hari kiamat, tidak ada satupun yang tahu kapan datangnya, sampai Rasulullah Saw sendiri pun tidak mengetahuinya, Allah Swt menjelaskan tentang hal ini, "Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan." (QS Al-Mulk[67] : 26)
Hari kiamat dan kematian, siapa yang bisa mengetahui kapan datangnya? Tak satupun di jagat raya ini yang mengetahui bila saat kiamat dan kematian itu tiba. Yang pasti, jagat raya ini akan musnah dan setiap yang berjiwa akan merasakan mati, hanya Allah yang maha hidup dan maha kekal.
Setiap orang punya kondisi yang beragam ketika menghadapi sakaratul maut. Ada yang begitu mudahnya melafazkan kalimat syahadat diiringi senyum mengembang di wajahnya. Ada yang begitu sulit untuk melafazkan kalimat tersebut. Sebagian ada yang meninggal tatkala shalat, berpuasa, sebagian lain ada yang meninggal ketika berjudi, berzina, meminum khamar, dstnya.
Dan, tempat kematian juga beragam, ada yang meninggal di jalanan ditabrak mobil, di atas kasur, di medan jihad, sedang berhura-hura, dalam kemaksiatan atau dalam ketaatan.
Sungguh beruntung orang yang meninggalkan dunia, sedang ia beribadah dan dalam ketaatan pada Allah Swt, dan alangkah merugi dan sengsaranya kelak, ia yang meninggal dalam kemaksiatan, kelak ia akan bertemu dengan Allah Swt dalam keadaan Allah murka padanya.
Dunia sudah semakin tua, ia tampak secara kasat mata makin indah, makin menarik pandangan mata dan hati, tapi pada hakekatnya, masa kehancurannya pun kian dekat.
Hal ini telah diisyaratkan Rasulullah Saw jauh-jauh hari sebelumnya,
Dari Abdullah bin Hiwalah r.a berkata : Rasulullah saw. meletakkan tangannya di atas kepalaku lalu beliau bersabda, "Wahai Ibnu Hiwalah, Apabila engkau melihat khilafah kenabian telah sampai ke tanah Syam maka telah dekatlah terjadinya gempa-gempa, masa-masa kesusahan dan kegundahan, serta perkara-perkara besar, dan hari kiamat pada saat itu lebih dekat kepada manusia dari tanganku terhadap kepalamu. (Hadits Shahih, HR. Ahmad, Abu Daud, dan Hakim)
Dari Salamah bin Nufail As-Sukuni berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya aku tidak akan lama lagi tinggal bersama kalian, dan kalian juga tidak akan lama lagi tinggal setelah ku, kelak kalian akan datang menemuiku dalam keadaan saling berselisih, sebagian kalian membinasakan sebagian yang lain, menjelang tibanya hari kiamat akan terjadi kematian yang banyak dan setelah itu adalah tahun-tahun penuh gempa." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dll)
Seharusnya orang-orang tidak lagi menyibukkan pikiran, hati, perbuatan mereka untuk mencari dan membangun dunia semata yang setiap saat bisa hancur seketika, dan lupa pada akhirat. Tapi merubah cara pandang hidup, bahwa dunia ini hanyalah sesaat, sangat sebentar. Ia adalah sebuah persinggahan menuju kehidupan abadi di akhirat nanti, ia merupakan ladang amal untuk bekal di akhirat kelak.
Apa yang telah dikumpulkan sekian tahun dari harta, istri yang cantik yang dimiliki, anak-anak yang menawan, harta yang berlimpah ruah, rumah-rumah megah seperti istana, dllnya, tidak lagi berguna tatkala kematian datang, tatkala goncangan hebat mengguncang dan melenyapkan semua yang ada. Yang hanya bermanfaat saat kematian adalah iman dan amal soleh yang dikerjakan selama hidup di dunia.
Ketika hati lebih cinta pada bapak-ibu, anak-anak, saudara-saudara, istri, keluarga, harta kekayaan, perniagaaan, rumah-rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya, daripada cinta pada Allah, Rasul dan berjuangan di jalan-Nya, maka tunggulah saatnya Allah memberikan keputusan-Nya. Semua itu hanya sebentar, hanya Allah Swt yang maha kekal, dan kehidupan di akhirat adalah lebih baik dan kehidupan yang sebenarnya.
Ketika kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya begitu terhujam dan teguh dalam hati, hilanglah segala kesedihan dan ketakutan, tumbuh dan bermekaranlah benih-benih tawakal, hati akan selalu dalam keadaan ridho akan ketentuan-Nya, sabar menghadapi musibah, qana`ah dengan pemberian-Nya, dan selalu siap sedia menghadapi segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Tidak bersedih pada apa yang telah berlalu, dan tidak merasa takut dengan apa yang akan terjadi.
From : R. Andhika Putra Dwijayanto at khalifah_andhika@ovi.com
Semuanya dan sepenuhnya telah diserahkan pada Allah, Tuhan yang maha kuasa, maha berkehendak atas segala sesuatu, tuhan yang maha pengasih dan penyayang pada hamba-hamba-Nya. Tuhan yang maha tahu, maha adil dan maha bijaksana. Tidak ada satupun di jagat raya ini yang sanggup menghalangi kehendak-Nya, Ia maha berkehandak dan maha perkasa.
Semoga mereka yang selamat dan kita yang masih diberi kesempatan hidup, bisa mengambil banyak pelajaran berharga dari musibah ini, sehingga kesempatan hidup yang Allah berikan dapat kita pergunakan sebagaimana mestinya, untuk beribadah pada Allah, meninggalkan dosa dan maksiat, tobat nasuha, memperbaharui niat dan tujuan hidup, dan memperbaiki diri sebelum semuanya terlambat. Adapun yang telah meninggal, semoga itu adalah rahmat dan ampunan dari Allah untuk menghapus dosa-dosa mereka selama di dunia, sehingga jika masih diberi kesempatan hidup, mungkin akan mereka habiskan untuk kemaksiatan pada Allah Swt. Wallahu a`lam bish-shawab.